Demi Batik, Saya Rela ke Pekalongan


Batik oh batik…

Dari dulu saya suka semua hal tentang Batik. Entah kenapa tingkat kegantengan dan ke-pede-an saya meningkat drastis kalo lagi pakai Batik. Kalo Ibu saya liat saya pakai Batik, beliau bilang gini, “Guanteng mas. Cewe-cewe pasti kepincut semua.” Saya cuma senyum-senyum sendiri sambil mikir:  Cewe-cewe kepincut karena saya apa karena batiknya?

Sebagai anak muda yang cinta Batik, maka saya setujui sebuah undangan untuk hadir di acara “Upacara Pesona Batik” di Pekalongan beberapa hari yang lalu. Tepatnya tanggal 2 Oktober 2018, yang bertepatan juga sebagai Hari Batik Nasional. Tanpa mikir, saya dan rombongan blogger Semarang langsung gas!

Oh iya, Hari Batik Nasional ini momen untuk memperingati telah ditetapkannya batik sebagai warisan budaya tak benda di UNESCO. Artinya, Batik sudah menjadi warisan budaya dunia dari Indonesia. The one and only. Who’s proud? Me!

Baca juga : Review Headset Jabra terbaik 2019!


Perjalanan ke The World City of Batik
Pekalongan, menjadi sebuah kota yang menyandang gelar sebagai dunia Batik. The World City of Batik. Keren ya julukannya. Terbukti selama saya berada di Pekalongan, ornamen Batik ada dimana-mana. Ada murai Batik, gerbang selamat datang bentuk batik, gedung-gedung bahkan baju tukang parkir serba Batik.

Rombongan dari Semarang berangkat terpisah karena jadwal kami yang bentrok. Ada yang berangkat tanggal 1 Oktober via kereta api dan ada yang berangkat tanggal 2 Oktober pukul 2 pagi dari Semarang via jalur darat.

Saya ulang nih, jam 2 pagi-pagi banget saya dan dua temen saya (Koko dan mbak Erina) nekat mobilan lewat jalan Pantura yang notabene banyak truk-truk dan jalannya ngga mulus, menuju Pekalongan.

Ngantuk? Banget! Tapi karena selama perjalanan kami saling cerita ina-inu, nggak kerasa waktu 2 jam perjalanan berasa kayak 10 menit aja gitu. Tau-tau udah di Pekalongan. Memang jago bener julitnya mbak Erina kalo lagi cerita. Bikin mata melek. Ngalahin kopi item. wkwkwkw.

Pukul 4 pagi kami tiba di Pekalongan. Kami diarahkan oleh Mbak Nyi dan Mas Hadi selaku Panitia untuk menginap di Rumah Dinas milik Wakil Walikota Pekalongan. Saya pikir Rumah Dinas itu biasa aja, ternyata….


Rumah Dinas Misterius
Letaknya nggak jauh dari Pusat Kota Pekalongan. Di kawasan rumah dinas Pekalongan berjejer rumah-rumah yang menurut saya luas dan gede. Saya bingung, kok rumah dinas sepi dan kosong nggak dihuni? Kemanakah mereka?

Ternyata oh ternyata Rumah Dinas Pekalongan memang khusus dikosongkan untuk tamu-tamu undangan spesial kalau lagi ada acara atau event di Pekalongan. Memang sengaja tidak dihuni tetap oleh pejabat-pejabat Pekalongan. Wah, saya langsung terharu dengernya waktu itu. Kedatangan kami dianggap special dong. :’)

Kami masuk ke Rumah Dinas dan langsung istirahat. Kebetulan kamar saya dan Koko dapat kamar utama alias yang luasss. Di Rumah Dinas ini apa-apa udah disedian dan bisa ambil sendiri : ada selimut, handuk, peralatan masak beserta bahan-bahan minuman, TV bahkan ada karaokenya. Nyaman bener, berasa rumah sendiri ehehe.


Demi Batik
Kami kesiangan. Pukul 6 pagi lebih dikit baru bangun tidur. Padahal Upacara dimulai pukul 7 tepat. Kami berenam dari Blogger Semarang dan beberapa teman dari Blogger Pekalongan langsung prepare.

Nah, malam sebelumnya ada mas Teguh dari Generasi Penerus Batik Pekalongan, membagikan kami kain Batik Cap Pekalongan dengan warna biru dan merah yang cantik. Saya memilih warna Biru. Adem dan lebih kalem. Kain Batik ini yang kami pakai untuk acara Upacara Hari Batik pagi itu.

Setelah beres memakai dresscode kemeja putih dan sarung Batik, kami langsung meluncur ke lokasi tempat Upacara digelar, di halaman depan Museum Batik. Bener dugaan saya, ternyata kami telat hihi. Sudah banyak peserta Upacara yang berbaris rapi lengkap dengan sarung batik. Motifnya banyak, warnanya bervariasi. Lucu-lucu gemes!
Saya excited banget ngeliat antusias peserta lain yang ikut Upacara ini. Ada berbagai komunitas yang ikut serta meramaikan acara ini, seperti Paguyuan Pecinta Batik Pekalongan, Genpi Pekalongan, Pekalongan Heritage, ASEPHI, DKKP serta jajaran pemerintahan Kota Pekalongan, TNI dan POLRI.

Upacara bendera dipimpin oleh Wali Kota Pekalongan, yaitu Bapak M. Saelany Machfudz. Beliau menyampaikan bahwa kita harus menjaga dan melestarikan Batik sebagai warisan budaya Dunia. Beliau juga berharap, Batik bisa menyatukan persatuan dan kerukunan NKRI.
Diakhir upacara, Bapak Wali Kota melepaskan balon udara serta potong tumpeng sebagai simbol dimulainya acara Peringatan Hari Batik Nasional. Kemudian semua peserta mengikuti senam gemu famire. Seru banget! Kami semua jejogetan dengan girang walaupun kami kurang tidur waktu itu hihi.
Setelah puas jejogetan sambil keringetan, rombongan kami ditawari sarapan bareng-bareng. Kami disuguhkan sego megono, kuliner khas Pekalongan. Menurut saya rasanya gurih dan rasa santannya terasa banget. Suka!

Pagi itu juga untuk pertama kali saya bertemu langsung sama salah satu teman sesama blogger yang selama ini cuma bercuap-cuap lewat sosmed aja : mbak Innayah. Ada juga mas Teguh, yang sebelumnya memberi kami sarung batik, juga lagi asyik sarapan. Ada juga teman sesama blogger yang kocak, mbak Gita dan mbak Noorma.
Tak selamanya cerita asyik itu berjalan mulus. Setelah acara selesai, siangnya kita langsung pulang ke Rumah Dinas. Awalnya saya udah punya feeling, kayaknya bensin bakal abis nih. Saya usul beli dulu bensin di SPBU terdekat. Tapi beberapa temen usul mending beli bensin deket Rumah Dinas aja karena searah. Okeh, saya mengiyakan.

Dalam setengah perjalanan pulang, kami masih ketawa haha-hihi. Sampai akhirnya tepat sebelum perempatan jalan raya, mobil kami mogok ngga mau jalan. Kami langsung auto panik. Mobil kami mogok di tengah jalan yang ramai.

Kami bener-bener panik. Akhirnya dibantu abang tukang becak, kami dorong mobil ke pinggir jalan sementara Koko mengendalikan setir mobil. Kami minta bantuan ke mbak Nyi sama mas Hadi. Kami pasrah waktu itu.

Sampai akhirnya mas Hadi membawa sekantong plastik berisi bensin. Setelah mobil diisi dengan sekantong plastik, alhamdulilah mobil bisa berjalan lagi. Kami langsung lega. Mau lihat ekspresi kami? Berikut penampakannya. Jangan ketawa!

Kojahan
Pukul 3 sore kami pulang ke rumah dinas dan prepare lagi untuk acara puncaknya : Kojahan dan Pesta Rakyat. Acara ini dimulai dari jam 7 malam sampai tengah malam. Oh iya, malam itu kami engga nginep lagi di Rumah Dinas karena kita bakal pindah ke Pesonna Hotel Pekalongan. Lagi-lagi, di Hotel ini kita disambut hangat sekali dan diberi kamar mewah yang gratis. Alhamdulillah.

As your information, Kojahan dalam bahasa Jawa artinya duduk santai sambil ngobrol-ngobrol.

Sebelum acara Kojahan, ada kirab budaya serta pentas tari rakyat khas Pekalongan yang seru banget. Saya paling suka ketika perform sekelompok anak muda yang membawakan lagu keroncong. Syahdu bener malam itu. Saya sangat mengapresiasi ketika generasi muda menggeluti budaya musik Keroncong seperti ini. *prok prok*
Malam itu berlangsung meriah. Dari masyarakat Pekalongan  maupun luar Pekalongan hadir memeriahkan acara ini. Selama di Pekalongan kemarin, mata saya terbuka. Ternyata Batik bukan cuma sekadar aksesoris, maupun pajangan saja. Batik adalah kita, harga diri dan martabat Indonesia. Saya berharap banget, Batik jauh lebih terkenal di mata dunia. Aamiin.



3 komentar

  1. Asyik banget yah dik attending acara bgtuan. Aku jg suka batik dengan beberapa motif yg ku punya. Dulu pas msh kerja kantoran sering beli batik buat dpke hr jumat. Skrg mah batik2ku bs tak pke jalan2 dan acara santai, and I felt more handsome with batik wkwkwk

    BalasHapus
  2. Seru banget ya acaranya, ternyata antusias masyarakat indonesia dalam memeriahkan hari batik internasional cukup banyak :)

    BalasHapus
  3. kampung saya nih..Pekalongan :)

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)