Papua Future Project: Misi Membangkitkan Mimpi Anak-Anak di Pulau Mansinam

Pendidikan mempunyai akar yang pahit, tapi buahnya manis.” - Aristoteles

(foto: Papua Future Project)

Lelaki yang duduk di atas perahu itu berusia dua puluh dua tahun, dengan kacamata melekat di wajahnya, masih menerawang hamparan laut biru di depannya. Sekitar 6 km dari Kota Manokwari, ia dan teman-temannya mengarungi lautan menuju Pulau Mansinam, Kabupaten Manokwari, Provinsi Papua Barat. Sosok lelaki itu bernama Brischo Jordy Dudi Padatu.

Saat itu langit sedang cerah. Terik matahari terasa menyengat, sesegera ia mulai menyeka keringat yang bercucuran di keningnya. Perahu yang ia tumpangi melaju mantap di atas lautan yang tenang, memakan waktu tidak sampai 15 menit. Beruntung, andai saja cuaca sedang hujan bisa memakan waktu dua kali lipat lamanya.

Sekilas tidak ada yang berbeda dari anak muda dengan nama sapaan Jordy ini. Mengenakan outfit kekinian, Jordy dan teman-temannya tampak seperti remaja pada umumnya. Namun siapa sangka, mereka adalah para anak muda yang sedang mengemban misi mulia untuk mengajarkan pendidikan dan literasi anak-anak di pelosok Pulau Mansinam.

..........

 Pemandangan Pulau Mansinam saat siang hari (foto: Papua Future Project)

Keindahan tanah Papua bak surga kecil yang jatuh ke bumi. Surga itu bernama Pulau Mansinam. Deretan pohon kelapa di sepanjang pinggir pantai dengan pasir bertekstur lembut, bukit-bukit hijau yang ditumbuhi pepohonan teduh adalah sebagian kecil pesona dari pulau berpenduduk tidak lebih dari 800 jiwa ini.

Tak jauh dari perbukitan, tampak patung Yesus Kristus setinggi hampir 30 meter berdiri kokoh dengan tangan terentang menghadap Kota Manokwari yang menjadi simbol tonggak peradaban baru di Papua. Sejarah mencatat, pada tanggal 5 Februari 1855 Injil pertama kali masuk tanah Papua di Pulau Mansinam.

Namun, segala kekayaan alam dan sejarah penting yang ada di Pulau Mansinam menyimpan satu isu yang memprihatinkan yaitu pendidikan masyarakatnya masih rendah. Tingkat buta huruf yang rendah dan maraknya pernikahan usia dini masih menjadi momok tersendiri.

“Walaupun jaraknya hanya 15 menit dari pusat pemerintahan, nyatanya pendidikan di Pulau Mansinam masih sangat kurang. Banyak anak-anak belum bisa membaca, bahkan anak SMP belum bisa membaca sama sekali,” ujar Jordy dalam webinar bersama Astra dan Kontan TV pada hari Jumat, 16 Desember 2022 lalu.

Berawal dari keresahan itu, pria kelahiran dan besar di Manokwari ini menggagas sebuah komunitas anak muda berbasis project bernama “Papua Future Project” yang mengangkat isu pendidikan dan literasi di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal) di Papua. Pulau Mansinam menjadi salah satu prioritasnya.


Every Child Matters
Berdiri sejak tahun 2020, Papua Future Project secara konsisten memberikan pendidikan ke anak-anak di Pulau Mansinam dengan mengajari membaca, menulis, berhitung, mengenali teknologi digital, sampai mengenali perubahan iklim yang terjadi.

Aktivitas Jordy saat proses belajar mengajar di sebuah pendopo Pulau Mansinam (foto: Papua Future Project)

Ekspresi anak-anak Pulau Mansinam yang sedang fokus belajar (foto: Papua Future Project)

“Moto kami adalah every child matters. Semua anak-anak di Papua berhak mendapat kesempatan akses pendidikan secara inklusif, dan itulah alasan Papua Future Project hadir.” tutur anak muda lulusan sarjana dari President University dengan program studi International Relations and Affairs ini.

Melihat terbatasnya akses pendidikan, kurikulum pendidikan yang kurang maksimal, serta profesionalitas guru yang rendah di Pulau Mansinam sukses menggetarkan hati Founder Papua Future Project. “Kira-kira harus menunggu sampai kapan lagi, kalau cuma berharap sama pemerintah atau pejabat-pejabat untuk melakukan perubahan? Karena tugas mereka bukan cuma mengurus bidang pendidikan saja,” tuturnya menyampaikan keluh kesah tentang kontras kesenjangan pendidikan antara perkotaan dan pedalaman di Papua Barat.

Perjuangan Jordy CS tak kenal lelah. Mereka rela berlayar setiap minggunya mengarungi ombak menuju Pulau Mansinam mengorbankan waktu, tenaga, dan uang demi membangkitkan kembali mimpi anak-anak Pulau Mansinam yang haus akan ilmu. Bahkan, Jordy sampai bekerja menjadi waitress selama 2 bulan untuk menambah modal saat awal perintisan Papua Future Project.

“Kadang nekat itu perlu. Selama kita berbuat baik, bakal akan ada lebih banyak orang baik yang datang untuk membantu,” Ujar Jordy dengan semangat menggebu. Rasanya seperti menghirup angin segar menyaksikan semangat anak muda Indonesia yang menjadi agen perubahan untuk Indonesia seperti Jordy dan kawan-kawannya ini.


Metode Belajar Yang Menarik
Menariknya, Papua Future Project menyusun kurikulum pembelajaran sendiri dengan metode kontekstual dalam sistem pengajarannya. Metode ini mengintegrasikan nilai-nilai adat yang ada di sekitar mereka yang nantinya akan diimplementasikan di kehidupan sehari-hari.

“Metode belajar Papua Future Project menyesuaikan kemampuan anak-anak di sana, tidak bisa disamakan dengan kurikulum Merdeka yang ditetapkan oleh Pemerintah,” jelas Jordy. Bahkan, tak jarang kegiatan belajar-mengajar dilakukan di tepi pantai, menggabungkan pembelajaran materi dengan pendekatan alam.

Suasana pembelajaran di pinggir pantai (foto: Papua Future Project)

Karya anak-anak Pulau Mansinam dengan bahan alami di sekitarnya (foto: Papua Future Project)

Tak cuma pendidikan formal, anak-anak setempat juga belajar mengasah kreativitas seperti membuat lukisan menggunakan bahan-bahan alami di sekitar lingkungan, membuat gelang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sampah plastik, bahkan mempelajari biota laut yang ada di Pulau Mansinam.

“Belajar bisa dilakuin dengan cara menyenangkan kok!” ujar Jordy riang. Bahkan, setiap minggu ada kegiatan untuk mengembangkan bakat dan potensi mereka seperti bermain bola atau melukis.

Anggraeni, salah satu volunteer pengajar di Papua Future Project, merasa senang dengan respon baik yang diberikan oleh masyarakat adat di Pulau Mansinam, terutama antusiasme anak-anak saat proses belajar-mengajar yang menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri baginya.
 
Anggraeni memeluk salah satu anak saat selesai mengajar (foto: Papua Future Project)

“Momen paling tak terlupakan itu waktu kami selesai mengajar. Kami pulang ke kota menyebrangi lautan menggunakan perahu. Adik-adik di sana selalu mengantar, memeluk kami, dan membantu mendorong perahu hingga ke tengah laut. Mereka ingin berterima kasih karena sudah membimbing mereka,” tutur Anggraeni saat dihubungi melalui chat whatsapp

Di awal pembentukan Papua Future Project, Jordy hanya dibantu lima orang saja. Meski begitu, Jordy tak pernah patah semangat. Berkat kerja keras dan konsistennya, Papua Future Project semakin dikenal banyak orang. Seiring berjalannya waktu, sudah ada 250 anak muda dari seluruh Indonesia yang berpartisipasi sebagai volunteer baik secara online maupun offline. Sebanyak 20 orang mengajar setiap minggunya di Pulau Mansinam.


Kolaborasi Untuk Kebaikan Bersama
"Nah, untuk memaksimalkan pendidikan di Pulau Mansinam, kita juga harus berkolaborasi dan saling membantu. Mulai dari kepala masyarakat adat, kepala sekolah setempat, dan yang terpenting masyarakat. Jangan jadikan pendidikan sebagai burden (beban) tapi pendidikan itu harus jadi bagian kehidupan dari anak-anak," jelas Jordy yang pernah meraih penghargaan Honorary Youth Ambassador Indonesia for New Zealand pada tahun 2017.

Tak cuma mendedikasikan waktu dan tenaganya untuk mengajarkan pendidikan dan literasi, Jordy bersama para volunteer juga melakukan banyak kegiatan di Pulau Mansinam. Keinginan untuk membuat perubahan begitu besar bagi Papua Future Project, hingga terwujud program-program yang berkolaborasi dengan berbagai pihak.

Salah satunya saat memperingati Hari Anak Internasional 2022 lalu, Papua Future Project menggandeng HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) dan UNICEF (United Nations Children's Fund) Papua Barat untuk mengadakan kampanye Imunisasi Dasar Lengkap di jalanan Manokwari. Kampanye ini bertujuan menumbuhkan awareness kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi, mengingat daya cakup imunisasi di Papua Barat masih sangat kurang.

Kiri: seorang volunteer mengikuti kampanye Imunisasi Dasar di Jalan Manokwari | Kanan: dua anak Pulau Mansinam sedang belajar tentang penyakit Malaria (foto: Papua Future Project)

Masyarakat adat sedang memungut sampah (foto: Papua Future Project)

Selain itu, masih banyak bentuk kolaborasi dengan HAKLI dan UNICEF lainnya seperti menggalang sosialiasi terkait informasi mengenai penyakit Malaria, mengajak masyarakat adat untuk memungut sampah berdasarkan jenis, sampai program kesehatan dan sanitasi seperti mencuci tangan yang benar.


Anak Muda yang Menginspirasi
Perjuangan Jordy dan kawan-kawannya untuk memperjuangkan pendidikan dan literasi anak-anak di Pulau Mansinam berbuah manis. Founder Papua Future Project terpilih sebagai penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu (SATU) Indonesia Award ke-13 tahun 2022 untuk kategori pendidikan pada tanggal 28 Oktober 2022 lalu. Kisah inspiratif dari Papua Future Project dianggap mampu membangkitkan semangat anak muda Indonesia lainnya untuk melakukan perubahan besar di sekitarnya.

Setelah menerima penghargaan tersebut, Jordy menjelaskan banyak perubahan yang terjadi. Sekarang lebih banyak mata yang tertuju ke Papua Future Project dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, banyak yang ingin bekerjasama dan berkolaborasi dengan Papua Future Project untuk kedepannya. "Pasti ada gebrakan-gebrakan lainnya, tunggu ya!" ujar Jordy dengan semangat.

Momentum puncak perayaan Satu Indonesia Awards 2022 (foto: Papua Future Project)

"If you really want to inspire others to do something, then this "something" should be a big part of your life," ujar Jordy mengutip pepatah yang selama ini ia pegang teguh sebagai prinsipnya. Menurutnya, jika ingin menginspirasi seseorang maka kamu harus benar-benar melakukannya dengan tulus.

Jordy juga berpesan kepada anak-anak muda di Indonesia jika ingin  melakukan sebuah gebrakan, jangan dengarkan bisikan-bisikan di sekitar yang mengatakan kamu belum cukup umur dan belum punya banyak pengalaman. Justru buktikan kalau anak muda bisa berkontribusi untuk lingkungan sekitarnya. "Percaya apa yang kamu lakukan dan selalu konsisten ke diri sendiri," imbuhnya.

Papua Future Project adalah satu dari sekian banyak gebrakan anak muda di Indonesia yang membawa perubahan besar di tanah Papua. Apresiasi sebesar-besarnya terhadap kegigihan mereka yang tak pantang menyerah untuk membangkitkan mimpi anak-anak di Pulau Mansinam. Sekarang, saatnya kita sebagai anak muda untuk bergerak Bangkit Bersama untuk Indonesia. Semangat!


Tidak ada komentar

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)