[PART 1] Liburan Dieng - Dari Purwaceng sampai Cerita Horor

 
Halo semua! Perlu kalian tahu kalau postingan kali ini bukan buat lomba maupun artikel berbayar. Yaampun, kangen banget nulis lepas bebas tanpa dikejar-kejar deadline kayak gini, haha. Padahal niat awal bikin blog kan buat sharing cerita gitu, tapi malah isinya lomba blog mulu. Kzl kan kalian kalo buka blog ini sambil batin "Ini anak kok ngelomba terus sih kzl". Oke, sebagai bentuk permintaan maaf, kali ini aku mau ceritain tentang liburanku sekitar 2 minggu yang lalu ke Dieng~

Awal cerita, aku punya satu grup whatsapp yang isinya blogger-blogger kurang hitz Semarang berisi 5 orang. Obrolan kami ya standar-standar aja, seputar dunia blog, rasan-rasan, pekerjaan sampai obrolan ngalor-ngidul tentang liburan. Oh iya, kami berlima ini sama-sama suka satu hal yang sama : Jalan-jalan, makan-makan dan nyanyi-nyanyi. Lah, lebih dari satu dong? Iya, soalnya kalo satu cuma kamu di hatiku. *apasih* *apaan sih*

Lalu dari bahasan ngalor-ngidul seputar liburan itu, kita kepikiran bikin nge-trip bareng gitu sekalian bikin konten video biar seru. Diputuskanlah waktu itu pergi ke Dieng. Alasannya apa? Soalnya kita pengen tempat yang adem-adem (Semarang panas banget, cuy). Sebagai informasi, Dieng berada di Jawa Tengah dan lokasinya agak ke selatan.

Singkat cerita, kami memutuskan menyewa mobil selama 2 hari dengan biaya sehari cuma 250 ribu (Persewaan mobilnya kenalan temen, jadi dimurahin). Pokoknya, moto kami selama liburan adalah :

Piknik Asik Tanpa Gengsi

Berfaedah sekali ya. Artinya kita mau liburan dengan budget seminimal mungkin tapi dapat senengnya maksimal. Oh iya, itinerary aku tulis di akhir postingan ya, just in case kalian juga mau ke Dieng dan ada gambaran kudu keluar berapa duit. Berikut ini video footage kami di bagian pertama :

A post shared by www.Handikoo.com (@handikoo) on
Kami berangkat dari Semarang pukul 1 pagi dan meeting point di kost mbak Lee. Karena masih pada ngantuk, cewek-cewek tertidur manja di kursi belakang sedangkan aku dan Koko fokus nyetir dan ngobrol seputar dunia dewasa. Rute yang kita ambil itu Semarang-Ungaran-Ambarawa-Temanggung-Dieng. Penunjuk arah kita serahkan sepenuhnya kepada mbak GPS, karena kita semua belum pernah ke Dieng. Sempat nyasar-nyasar dikit, dan ada kejadian yang horor abis.


Di Gubuk Tua itu...

Sampai di kawasan jalan Dieng Raya pukul 4 pagi dengan pemandangan sawah di kanan kiri kita. Ini jalannya ngeri abis, sempit dan menanjak gitu. Buat kamu yang lewat rute sini, pikir-pikir dulu kalo bawa mobil ukuran gede (waktu itu kita pakai avanza, ukurannya pas dan fleksibel). Waktu buka jendela, wusss, hembusan angin sejuk menyapa wajahku.

Dan di sinilah cerita itu bermula. Tepat sebelum tanjakan ke atas, ada satu gubuk reot yang NGGAK ADA ORANG di dalamnya dan dikelilingi pohon bambu dan sawah. Koko, si penyetir mobil, ngerasa ada yang aneh di kesunyian malam itu. "Eh, bro, dengerin deh ada orang nyanyi. denger nggak?". Aku terdiam, dan bulu kuduk langsung berdiri ketika dengar anak kecil (atau perempuan dewasa, nggak bisa didefinisikan dengan panca pendengar) bernyanyi lirih :

"Tengklang, Tengklung, nanananana (pakai bahasa jawa ngoko)(nggak mudeng bahasanya)"

Mbak Mara, yang waktu itu sedang tidur, tiba-tiba bangun dan kaget juga. Begitu juga Mbak Tina, yang langsung takut karena dia sendirian di kursi paling belakang. Mobil kita diam di tempat sampai ada kali 10 menit dengerin someone itu nyanyi. Kita berasumsi kalau si someone itu lagi nembang jawa, adakah kalian yang tahu lagu jawa yang diawali kata "Tengklang Tengklung"? Sumpah, itu horor abis. Kita yakin seyakin-yakinnya kalau tidak ada orang di gubuk waktu itu, namun suara bersumber dari gubuk itu.

Banyak truk berisi muatan gede, ati-ati ya guys kalo lewat rute ini
 

Purwaceng yang Bikin "Berdiri"

Pukul 6 pagi kita sudah berada di kawasan Dieng dan memutuskan untuk leyeh-leyeh dulu melepas penat (dan selama perjalanan dibahas terus kejadian tengklang-tengklung wkwk). Kita berhenti di rest area kawah putih. Cuma ada satu warung kecil, namun tersimpan cerita menarik selama berada disini. Namanya Ibu Lich, beliau adalah pemilik sekaligus peracik makanan dan minuman di warung tersebut.

"Bu, minuman khas sini apa ya?"

"Coba Teh Tambi sama Purwaceng dek, belum ke Dieng kalo belum coba itu"

Lalu kami mencoba rekomendasi Ibu Lich dengan penasaran. Setelah menyeduh teh tambi untuk pertama kalinya, aku langsung jatuh cinta. Enak banget! Aromanya kuat dan khas, rasanya sedikit pahit dan nendang. Beda banget sama teh-teh kemasan yang dibeli di minimarket. Kemudian aku pesan purwaceng juga, yang kata orang-orang sebagai obat kuat pria. Waktu dicoba, rasanya mirip kopi padahal itu teh. Rasanya lebih ke sepet dan pahit. Memang sih berdiri, tapi nggak tahu karena faktor cuaca yang dingin atau karena teh tersebut. ehem.

Kita juga ngincipin makanan khas Dieng, yaitu Mie Ongklok dan Carica. Aku suka banget sama mie ongklok! Apalagi kuahnya kental manis-manis dan tekstur mie yang gurih. Ditambah sate sapi yang enak parah! Kita makan dengan lahap disela-sela hembusan angin yang menusuk. Coba di Semarang ada mie ongklok, bakal makan ini terus. Oh iya, sebelum kesini kita sempat turun sebentar di masjid dan beli tempe kemul. Tempenya unik, enak dan renyah. Rasanya lebih ke arah tempe gembus. Aku suka :D

Waktu mencoba carica, rasanya manis, cenderung terlalu manis. Karena aku nggak terlalu suka manis, jadi nggak begitu doyan sama carica. Masih asing sama buah Carica, ada yang tahu bentuknya seperti apa? Mie Ongklok dan carica yang kita coba ada di salah satu warung makan yang jaraknya kurang lebih 2 kilometer dari rest area Ibu Lich. Dan ternyata mereka masih satu saudaraan gitu, sama-sama punya usaha bisnis kuliner.

Sebelah kiri : Mie Ongklok endeus dengan sate sapi | Sebelah kanan : Carica yang manis semanis senyum kamu~

"Mah Tina, beli carica satu buat anak dirumah ya?" | "Oke, pah, mamah juga mau sekerdus dong buat ngemil di rumah"




Satu hal yang aku suka di rest area ini adalah : ngobrol dengan pemilik warung. Ibu Lich ini umurnya sudah tua, namun masih semangat untuk bekerja. Mimpi beliau ingin membuat restoran dan rest area yang bagus dan besar, dengan mata yang berbinar-binar saat bercerita kepada kami. Tidak ada kata tua untuk bermimpi, benar kan, Ibu Lich? Sempatkanlah kamu mampir kesini kalau mau ke Dieng. Selain itu, ada satu pemandangan tersembunyi yang indah sekali disini.


Panorama Merona Gunung

Di sebelah warung Ibu Lich, terpampang pemandangan gunung yang berjajar disertai pohon-pohon dan sawah yang hijau asri. Langit pun sedang cerah waktu itu, dengan angin berhembus sepoy-sepoy. Alam sedang mendukung kami untuk menikmati panoramanya. Tidak ada satupun orang disana, dan hanya ada kita dan tawa bahagia karena jarang-jarang kami menemukan hal seperti ini di Semarang. Namun harus berhati-hati, karena di sini tidak ada pengaman dan tanahnya cukup licin. Dan jangan lupa bawa jaket tebal ya, karena asli, dingin parah! Kita ngomong sampai keluar asap gitu kayak diluar negeri saking dinginnya.

Sebelah kiri : "Dimanakah kau, pangeranku" dalam hati mbak Mara | Sebelah kanan : "Kibas manja aja, shay!" Kata mbak Tina














Sebelah kiri : entah gaya apa yang sedang Koko lakukan | Sebelah kanan : Mbak Lee yang cocok untuk model iklan purwaceng

Adem ya, waktu ngeliat background pemandangan di atas? Kayak lukisan gitu gunungnya. Kita nggak kenal waktu disini, berjam-jam buat take poto sama video. Begitulah ceritaku di bagian pertama liburan dieng ini. Baru diawal, udah seru begini yak? Tunggu part selanjutnya ya :')

Ada satu momen ketika mengetik postingan ini dan mengingat-ingat kembali liburan kemarin, refleks langsung senyum-senyum sendiri. Liburan bukan semata tentang destinasi yang indah dan mempesona, namun kehangatan dan keseruan bersama teman-teman yang tidak terlupakan. Misteri tengklang-tengklung serta khasiat purwaceng masih menjadi obrolan hangat bagi kami di obrolan grup whatsapp sampai sekarang. :)

---

Apa & Berapa

Lokasi Rest Area Tanah Putih, Dieng
- Segelas Teh Tambi = Rp. 8.000
- Segelas Purwaceng = Rp. 10.000

Lokasi Warung Makan Khas Dieng, sekitar 2KM dari Rest Area Tanah Putih
- Mie Ongklok + Sate Sapi = Rp. 15.000
- Teh Tambi = Rp. 5.000
- Carica = Rp. 5.000 
- Tempe Kemul = Rp. 500


ITINERARY

Perjalanan selama 2 hari 1 malam, ini itinerary kasaran ya :
- Satu orang = Rp.200.000,- x 5 orang = Rp. 1.000.000 (Total)

Rincian
- Sewa mobil Avanza = Rp. 250.000,- x 2 = Rp. 500.000
- Bensin PP (pakai bensin bukan solar) = Rp. 400.000
- Tiket tol selama perjalanan = Rp. 25.000
- Tiket masuk wisata + parkir = Rp. 75.000

Kebutuhan masing-masing :
- Makan dan jajan-jajan = Rp. 200.000
- Nginep di hotel Temanggung = Rp. 50.000 (satu kamar 100k untuk 2 orang)

Total satu orang = Rp. 450.000,-

----





Baca cerita kelanjutannya di sini :

26 komentar

  1. Makanannya mayan murah yaaa. Jalannya bagus kan Dik, kalo naik sedan memungkinkan ngga?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sedan asal kuat nanjak dan jalan bergelombang mbak

      Hapus
    2. Iya mbak murah-murah, sekitar 10-20 an udah sama minum. Jalan sih bagus mbak, tapi nanjak sama nikung gitu, kuat sih kalo sedan

      Hapus
  2. tengklang tengklung itu bikin merinding iih..
    carica itu sejenis pepaya,khas Dieng

    BalasHapus
  3. Dieng emang keren ihh...alhmdlillah waktu kesana gak nemu yang aneh2 �� padahal gelap gulita dan berkabut..mendukung banget kalo mau ada yang horor2..hehe. Semua makanan yang mas sebutkan juga gak sempat dicoba..haha. Cuma nyobain kentang bumbu sama nasi jagung..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya aku jatuh sama pesona Dieng. Kita lagi apes mungkin ketemu yang kayak gitu, padahal kalo diinget-inget juga kita engga ngelakuin hal-hal yang aneh hihi. Wah wajib coba semua! Aku belum coba kentang bumbu sama nasi jagung :D

      Hapus
  4. semacam pernah tau kalo purwaceng itu emang jamu buat pria sih, tapi baru tau kalo itu khasnya dieng

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kan ada tuh pepatahnya "Purwaceng bikin ng*ceng" hihi. Aku juga baru tau kalo khas dieng

      Hapus
  5. Lima sekawan gokil bikin mupeng ke dieng. Eh btw di mobil ngobrol org dewasa itu kaya gimana? Hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya pada gokil gokil :D Ngobrol dewasa itu ngobrolin masa depan hehe

      Hapus
  6. gubugnya horor! Itu 450 sudah semua? lumayan yaa...:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya udah semua! Lumayan murah untuk destinasi kece seperti itu (anyway ini masih pembuka, belum destinasi utamanya :))

      Hapus
  7. assik, piknik bersama sahabat emang selalu seru dan menambah keakraban

    BalasHapus
  8. Mamah Tina beli carica sekerdus, aku kog ngga dibagi wkwkwk. Cakep yoo Dieng. Ngga disamperin aja itu yg nembang? Mungkin mau ngajak kalian nembang bareng itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beli sekerdus buat dicemilin sendiri itu mamah Tina haha. Asli serem itu, ogah banget kalo nembang barenggg sama sosok kasat mata. kalo sama orang beneran sih mau :D

      Hapus
  9. Wiiih, seru banget liburannya! Suka banget sama motonya: "Piknik Asik Tanpa Gengsi"~ :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa seru hihi. Sebenarnya moto sebelumnya "Piknik Tanpa Panik" kemudian direvisi karena kurang nendang :D

      Hapus
  10. Subhanallah.... akhirnya Handikoo nggak nulis buat postingan lomba blog, sungguh melegakan sekali :p

    memoorable banget ye perjalanannya, terutama yang tengklang tengklung itu

    ditunggu ya part keduanya, kali aja ada kisah lanjutan tentang pelantung tengklang tengklung :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah sekarang sudah taubat, tidak menjadi hantu gentayangan yang ngalong malem-malem buat ngerjain lomba blog wkwk

      iya banget kak! Tunggu part 2 yak :D

      Hapus
  11. wahaha, saya yang rumahnya terbilang cukup deket sama wonosobo aja belum pernah ke dieng
    *bener-bener, kurang maen ini anak XD

    mungkin itu intro buat lagu lingsir wengi, Diko
    sapa tau ada mbak kunti yang nunut nginep di gubuk hehe

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)