A Moment to Remember : Sedikit Keberanian untuk Berubah

Sebelum tahun 2018 datang, tepatnya sehari sebelum tanggal 1 Januari kemarin, saya ingat betul gimana rasanya galau segalau-galaunya. Bukan karena gebetan lagi gandengan sama cowok lain atau karena nggak punya duit. Kala itu saya ada di titik dimana saya ngerasa stuck. Serasa jalan di tempat. "Setahun ini aku ngapain aja ya? Kok ngga ada momen yang memorable?," pikir saya berulang kali.

Sementara orang-orang di luar rumah lagi main kembang api, saling ketawa dan bunyi terompet dimana-mana, saya asyik sendiri di kamar berkutat sama pikiran itu. Sambil nyetel lagu The Man who Can't Be Moved dari The Script. Syahdu bener galau malam itu.

Ngga mau berlarut-larut, saya putuskan buat berubah. Tahun baru, semangat baru. Saya mau nyobain hal-hal baru. Something memorable moments. Ngga ada lagi kata takut atau malu dalam kamus; sudah saya coret dengan garis tebal. Saya mau bikin momen-momen yang membekas, yang asyik buat diceritain ke temen-temen, atau bahkan calon anak saya mendatang.

Saya berdiri. Meninggalkan pikiran lama dan bertransformasi jadi Diko-yang-berani-nyobain-hal-baru. And i did it. Pada akhirnya, semua hanya butuh sedikit keberanian untuk berubah. :)

Saya bakal nyeritain momen-momen paling berkesan, yang percayalah, mungkin menurut kalian receh tapi bagi saya memorable banget! Sini duduk sejenak, saya ceritain satu per satu. Dimulai dari sini...

Hari pertama di tahun 2018. Masih dengan semangat buat nyobain hal baru, saya nekat ngajak sahabat saya buat melancong ke Jogjakarta. Tanpa rencana, tanpa uang mencukupi. Saya ingat waktu dia bilang, "Gila, mau ngapain ke Jogja? Kita kan lagi sama-sama bokek."

Entah kenapa, saya lagi pengen ngeliat pantai. Saya jarang sekali ke pantai-bisa dihitung pakai jari tangan. Segala tentang pantai itu asyik; suara ombak, hamparan pasir, biru laut, biru langit. Saya jawab dia, "Ya main-main aja. Belom pernah kan kita nyobain kayak gini."

Maka berangkatlah kami. Berdua, luntang-luntung. Bingung naik apa ke Jogjakarta, akhirnya kami naik bis dengan uang ngepas. Siangnya kami sampai, langsung cari warung kucing. Murah meriah hati senang; sarapan sekaligus rangkap makan siang.

Masalah datang : transportasi umum menuju pantai udah nggak beroperasi hari itu. Sempat kecewa, tapi semesta berkata lain. Di hari yang sama, teman-teman saya dari Jogja secara kebetulan juga punya rencana liburan ke pantai siang itu. Jadilah kami numpang mobil sampai pantai Gunungkidul.

Sesampainya di pantai, saya lepaskan rindu sebebas-bebasnya dengan puas main kejar-kejaran sama ombak pantai, tiduran di atas hamparan pasir putih sambil liat langit yang biru banget. Saking senengnya, sampai lupa senja mulai mengintip dari balik awan. Matahari terbenam perlahan, menyisakan semburat cahaya orange yang cantik. Ini pertama kali saya ngeliat langsung sunset sedekat ini. Gusti, matursuwun, karyaMu indah sekali!

Confession of me : selama hidup, saya belum pernah namanya naik pesawat terbang. Sebagai orang yang punya phobia ketinggian dan nggak pernah pergi jauh-jauh dari Kota tempat tinggal saya, ngapain coba harus naik pesawat? Sampai akhirnya Gusti menantang keberanian saya : ajakan naik pesawat gratis ke Jakarta!

Another confession of me : saya belum pernah ke Jakarta. Saya nggak pernah tahu penampakan Ibukota secara nyata. Sempat tarik ulur, antara berangkat atau engga. Gimana kalo pas di atas langit nanti, phobia kumat? Gimana kalo di Ibukota nanti kesasar terus saya diculik? dan pertanyaan lainnya. Saya kadang suka heran sendiri kenapa selalu ada pertanyaan aneh seperti itu di kepala saya. (-_-)

Ketika bimbang, saya kembali mengingat janji di awal tahun : berani. Jadilah detik itu saya memutuskan siap berangkat. Now or never. Saya siapkan semua secara well prepare, sampai-sampai saya nonton video youtube cara naik pesawat.

Tau nggak sih ekspresi anak kecil waktu naik odong-odong? Nah, kayak gitu mungkin ekspresi saya saat naik di pesawat. Dari balik jendela, saya melihat hamparan awan dekat sekali. Seperti gulali putih yang berterbangan. Rasanya pengen teriak sambil loncat-loncat, tapi saya pendem : tahan jangan norak heh!

Sejenak, saya melupakan pikiran takut dan semacamnya. Saya tahu ketakutan itu cuma sementara, semakin dipikir semakin menjadi-jadi. Momen inilah yang selalu membekas sampai sekarang-mungkin sampai kapanpun.

Masih dalam edisi Diko-takut-ini-itu, lagi-lagi Gusti menantang saya dengan ketakutan yang paling saya benci, melebihi takut ketinggian : saya takut sekali dengan air yang dalam. Meskipun saya suka pantai, saya cuma main-main di tepian aja ngga sampai di lautnya. Ngeri, kalo misal kelelep terus ada hiu atau kebawa arus karena saya ngga bisa renang. YHA. Belajar renang berkali-kali masih aja engga bisa renang.

Waktu itu saya ditawarin oleh sebuah Hotel di Magelang yang mempunyai fasilitas untuk rafting, dan saya harus mengulas aktifitas tersebut. Lagi-lagi, saya menimbang-nimbang. Lama. Karena ini menyangkut hidup mati saya, pikiran saya mulai hiperbola. Sempat mengurungkan niat, namun sedikit keberanian itu muncul, bilang gini, "Ayolah ah elah kapan lagi bisa nyobain main ratfing ginian".

Hari itu, saya berhasil mengayuh dayung di atas perahu karet di sepanjang sungai dengan arus yang deras, dan cukup dalam. Sampai di garis finish, saya senyum-senyum sendiri. Bukan karena berhasil menyelesaikan garis akhir, tapi saya berhasil melawan ketakutan saya sendiri. :)

Berawal dari kecintaan budaya Keraton Surakarta, yang mengantarkan saya berada di upacara sakral Kirab di Keraton Surakarta. Ini adalah acara tahunan yang diadakan setiap Satu Suro (Tahun baru Islam). Sungguh momen yang sangat mengesankan, ketika saya bisa mengikuti upacara ini dengan khusyuk bersama para Keluarga dan Kerabat Kerajaan.

Awalnya saya sempat takut dengan ritual ini. Apakah bakal serem? Bakal banyak hal-hal mistis yang tak kasat mata? Karena penasaran, maka saya mencoba mendobrak pintu ketakutan itu dan mengikuti acara ini dari awal sampai akhir. Tidak ada hal-hal yang menakutkan. Ritual ini hanya tradisi budaya bagi Keraton Surakarta, tidak ada unsur mistis di dalamnya.

Inti upacara sakral Kirab Satu Suro adalah tentang rasa bersyukur dan interospeksi diri. Rombongan peserta Kirab akan berdoa tahlilan sebagai rasa bersyukur terhadap Allah SWT. Setelah selesai, dilakukan prosesi Topo Mbisu yang mana semua peserta akan berjalan berkeliling kota Surakarta yang jaraknya sekitar 7 kilometer tanpa alas kaki dan tanpa berbicara. Makna Topo Mbisu sebagai introspeksi diri sendiri dalam satu tahun ini.

Banyak sekali pengalaman dan pembelajaran hidup yang saya ambil dari ritual budaya ini. One of the most unforgettable and awesome moments of my life.


***
Saat mengetik tulisan ini, saya sedang berada di sudut sebuah kafe dengan secangkir kopi yang sudah mulai dingin. Saya sendirian, tapi benak saya ramai berseliweran momen-momen di tahun ini. Sembari bernostalgia, saya senyum-senyum sendiri mengingatnya. Orang-orang sekitar saya melirik, bodo amat, yang penting saya happy.

Momen-momen itu, yang terjadi mungkin sekali seumur hidup, nggak sempat saya abadikan lewat kamera mirrorless atau DSLR. Saya nggak mungkin nenteng mirrorless kemana-mana; berat dan makan banyak tempat. Mana pula saya harus setting ini-itu, keburu lewat momennya. Saya ngandelin kamera smartphone aja. Praktis, tinggal ambil dari kantong jeans langsung jepret. Walaupun hasilnya ngeblur dan beberapa failed sih.

Galeri smartphone itu ibarat album kenangan versi digital. Segala rupa momen ada, dari yang paling berkesan sampai yang paling absurd pun ada. Semuanya ngangenin! Ada kepuasan sendiri ketika menyimpan poto/video itu, semacam nyimpen kenangan dan berharap nggak bakal ilang ditelan waktu. :')

Apesnya, ketika saya suka jepret-jepret momen pakai smartphone, ada aja problem yang ngeselin. Seperti misal, kamera smartphone yang pas-pas-an. Hasilnya pun berbanding lurus : kadang ngeblur, kalau cahayanya gelap suka ngga jelas, atau kadang storage yang kecil. Coba ngacung, siapa yang sering hapus-hapus poto di galeri karena storage udah mau full? SAYA!


***

Kenalkan temen-temen, namanya Huawei Nova 3i. Smartphone flagship besutan Huawei ini resmi diperkenalkan di Indonesia tanggal 31 Juli 2018 lalu. Pertama kali lihat di portal berita beberapa waktu lalu, saya langsung kesengsem dan jatuh hati. Mirip-mirip sama ABG lagi cinta monyet.

Segala sesuatu tentang smartphone ini membuat saya yakin, wujud nyata smartphone impian saya seperti ini. Smartphone yang saya idam-idamkan; baik dari segi spesifikasi dan fisiknya. Coba tengok dengan cermat spesifikasi di bawah ini. Saya yakin bukan cuma saya yang jatuh hati sama si Nova.

Di balik pesona indah Huawei Nova 3i tersimpan jeroan mesin yang surprisingly, gahar sekali. Saya sempat ragu, karena smartphone bila desainnya bagus maka mesinnya biasa saja, pun sebaliknya. Namun bedanya smartphone ini punya dua sisi yang berjalan seiringan : sama-sama bagus. Perpaduan desain yang ciamik dan mesin yang prima. Savage, satu kata yang menggambarkan si Nova.

Seolah membaca pikiran saya, Huawei Nova i3 tahu betul kalau saya suka jepret-jepret. Dia punya empat kamera, saya ulang temen-temen, EMPAT KAMERA canggih yang siap mengabadikan momen kapan aja. Duh, pengertian sekali kamu. Dalam rangka smartphone impian yang sukses bikin hati klepek-klepek, saya mau curhat kenapa saya suka sama dek Nova ini. (((DEK))).


***

Nova, adalah sebuah fenomena alam dimana dua bintang saling berinteraksi dan bertabrakan lalu membentuk sebuah bintang baru dengan terang yang cemerlang. Seperti itulah yang saya lihat dari desain Huawei Nova 3i ini : lapisan kaca menyelimuti bodi belakang yang menghasilkan warna gradasi antara biru dan ungu, membentuk sebuah perpaduan warna iris purple yang cantik. Si cantik Nova juga dibalut dengan bingkai metal yang terletak di tengah. Strong, Majestic and futuristic at the same point.

Mata saya tertarik dengan ukuran layarnya yang terbilang lebar dan kekinian. Huawei Nova 3i menawarkan tampilan full view display dengan rasio layar sebesar 6.3 inci (2340 x 1080) dan aspek rasio 19.5 : 9. Layarnya yang sudah Full HD+ dilengkapi dengan notch atau poni, membuat tampilan gambar lebih berwarna dan tajam. Saya bisa membayangkan sepuas apa rasanya melihat galeri poto dengan kualitas layar seperti ini.

Saya pikir dengan layar smartphone yang lebar, maka berbanding lurus dengan ukuran badannya yang bakal bongsor. Ternyata saya salah, bahkan diluar dugaan saya : tipis dan ringan cuy! Beratnya cuma 169 gram dan tebelnya cuma 7.6 mm. Ini mah kantong-able banget! Selain itu ada juga fitur fingerprint di belakang smartphone. Soal security bisa diandalkan pakai si Nova.

Selain pesonanya yang memikat, Huawei Nova 3i dipersenjatai dengan 4 mata yang cerdas. Ada dua kamera belakang serta dua kamera depan dengan kejernihan yang tinggi dan mengesankan. Inilah alasan utama yang membuat saya terpikat sama si Nova : matanya tajam nan cerdas. Andalah banget buat jepret momen-momen penting.
Mari saya jelaskan terlebih dahulu dengan kamera belakang ganda yang mempunyai resolusi 16MP + 2 MP dengan aperture f2/2. Saat lensa utama dan lensa kedua bekerja secara bersamaan, maka menciptakan efek bokeh yang profesional dan alami. Huawei Nova 3i diperkuat dengan algoritma AI yang mampu mengingat 22 kategori dari 500 skenario.

Untuk urusan selfie, disediakan dua kamera depan 24MP + 2MP yang jernih dan tajam. Selain itu, teknologi AI scenery recognition dapat menyesuaikan lingkungan agar urusan selfie makin prima dan cetar badai!
Seperti yang udah saya bilang sebelumnya, galeri penuh itu bikin bete! Karena smartphone cuma punya storage atau penyimpanan data yang kecil. Berterimakasih pada Huawei Nova 3i, karena punya memori internal sebesar 128GB, paling besar di kelas smartphone mid-end saat ini. Masih kurang? bisa kok ditambah dengan memori eksternal berupa kartu micro SD sampai kapasitas penyimpanan 256GB. Ini mah sisa banyak! 

Saya yakin memori internal sebesar 128GB aja sudah sangat cukup menyimpan ribuan poto, video, musik bahkan film pun masih muat ditampung di Huawei Nova 3i. Buat apa HDD eksternal kalo smartphone-mu aja punya memori gede? Setuju nggak?

Mobile Legend? PUBG? Ayo kita duel bareng! Sebagai gamers, saya suka sekali menghabiskan waktu luang buat main game. Game itu menghibur, sekaligus melatih konsentrasi. Ngomongin tentang game, Huawei Nova 3i punya teknologi khusus bernama GPU Turbo yang mengoptimalkan kemampuan pemrosesan grafis. Dengan teknologi ini, bisa menjalankan game yang memiliki grafis paling intensif, dengan performa yang stabil dan maksimal. Keren!

Semua juga berkat dari "otak" canggih buatan Huawei yang terbenam di smartphone ini. Prosesornya yang terdiri dari Quad-core Cortex-A73 berkecepatan 2.2 GHz dan Quad-core Cortex-A53 berkecepatan 1.7 GHz ini, diklaim bisa meningkatkan performa kerja smartphone, namun tetap hemat konsumsi daya. Kirin 710 juga telah mendukung jaringan 4G-LTE Cat 12 dan Cat 13 yang mempunyai kecepatan download hingga 600 Mbps. So cool!


***

Karena pada akhirnya momen-momen itu adalah kenangan, yang selalu ada dan tak akan lekang waktu. Saya ingin selalu membuat momen baru, ingin tahu seberapa jauh saya bisa melangkah. Dan pastinya, momen itu akan saya abadikan dengan sebuah smartphone impian saya, yaitu Huawei Nova 3i. Smartphone yang sukses membuat saya jatuh hati; tentang kameranya yang canggih dan tajam, penyimpanan data yang besar, desain premium yang menawan dan prosesor yang bertenaga.

Suatu saat, ketika saya sudah semakin bertambah umur, saya akan melihat momen-momen berkesan yang sudah saya tulis. Dan saya akan tersenyum, mengingat kembali dan bernostalgia bersama kenangan itu.



18 komentar

  1. Semangat terus mas, kita buat pengalaman baru lagi, biar hidup selalu berputar! Ada kala kita harus berani.. tsaah! Hapenya manteb benerr, semoga menang maskuu :*

    BalasHapus
  2. Aku juga gak pernah pergi jauh-jauh, jaman dulu kuliah di Polines jadi anak kos itu udah terasa paling jauh. Kalau sekarang paling sering main cuma ke Jogja aja, ke Jakarta pun baru 2 kali (itupun karena undangan dari detikcom, kalo enggak ya mungkin gak bakal ke Jakarta). Dan kapan-kapan pengin main ke Semarang, pengin melewati sekitar Polines yang sepertinya udah jauh berbeda dari jaman dulu.

    BalasHapus
  3. Memang ketakutan terbesar itu selalu dari diri sendiri ya, dik. Goodluck anyway, dikooo :)

    BalasHapus
  4. Diko mah emang jago desainnya, keren bro smg dapat yess amin

    BalasHapus
  5. Tulisannya rapi (hanya ada sedikit typo) dan enak dibaca. Grafisnya keren.
    Saya banyak belajar membuat postingan yang menarik dari Diko.

    BalasHapus
  6. Ketakutan yang sebenarnya adalah ketakutan yang berasal dari sndiri dan kita sndiri juga yg nyiptain yah mas
    Selamat sudah melewati ketakutan2 yg mengkhawatirkan tersebut mas Diko
    Semoga bisa segera meminang Dek Nova untuk bisa diajak mengitari perjalanan2 yg memorable lainnya ya mas
    Good Luck ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya belum sepenuhnya melewati ketakutan2 itu tapi sudah jauh berani aku hehe. Terimakasih ya mbak, Semoga dek nova bisa aku genggam

      Hapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  8. semangat terus yaa Dikooo... anak coowok harus pemberani,,,:)

    BalasHapus
  9. Ya Ampuun Koo...tulisan ini berhasil bikin aku terharu biru...nice story telling and nice touch anyway...semoga kamu menang Diko!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah makasih mbak, dipuji sama orang yang story tellingnya kece, aku jadi terharu huhu. Aamin mbak~

      Hapus

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)