--
“Apa yang kamu lihat?”
“Aku melihat langit. Sungguh menyenangkan membayangkan tubuh ini terbang melayang di antara hamparan bintang-bintang malam seolah dunia hanya ada kamu dan malam saja”
Dia tersenyum, lalu merentangkan kedua tangannya ke atas langit. Aurora merasakan hembusan malam menyentuh telapak tangannya. Kemudian dia membuat gerakan yang serentak, mengayunkan tangannya kesamping kanan lalu ke kiri dan berulang-ulang, seolah dia adalah seorang konduktor profesional yang sedang menuntun pertunjukan musik orkestra.
“Kamu tahu, mengamati pergerakan bintang setiap hari membuatmu sadar tentang satu hal; betapa kecil kita. Kita berjalan, kita berjuang, kita bangkit, kita bermimpi, di dunia kecil kita.”
“Lalu, apa kamu akan pergi ketika aku datang?” Tanya Hujan gelisah.
Dia menatap Aurora, mengharapkan jawaban yang membuatnya bernapas lega. Namun, dia hanya melihat kekosongan di dalam mata itu, hampa. Dia tahu kemana arah pembicaraan ini, pertanyaan tanpa jawaban : kosong.
“Aku tidak tahu” Balasnya singkat.
“Aku melihat langit. Sungguh menyenangkan membayangkan tubuh ini terbang melayang di antara hamparan bintang-bintang malam seolah dunia hanya ada kamu dan malam saja”
Dia tersenyum, lalu merentangkan kedua tangannya ke atas langit. Aurora merasakan hembusan malam menyentuh telapak tangannya. Kemudian dia membuat gerakan yang serentak, mengayunkan tangannya kesamping kanan lalu ke kiri dan berulang-ulang, seolah dia adalah seorang konduktor profesional yang sedang menuntun pertunjukan musik orkestra.
“Kamu tahu, mengamati pergerakan bintang setiap hari membuatmu sadar tentang satu hal; betapa kecil kita. Kita berjalan, kita berjuang, kita bangkit, kita bermimpi, di dunia kecil kita.”
“Lalu, apa kamu akan pergi ketika aku datang?” Tanya Hujan gelisah.
Dia menatap Aurora, mengharapkan jawaban yang membuatnya bernapas lega. Namun, dia hanya melihat kekosongan di dalam mata itu, hampa. Dia tahu kemana arah pembicaraan ini, pertanyaan tanpa jawaban : kosong.
“Aku tidak tahu” Balasnya singkat.
--
Tepat pukul enam pagi, alarm jam berdenting sangat keras menggema ke seluruh ruangan itu. Kicauan burung semakin menambah kebisingan pagi, terutama di bulan Oktober seperti ini ketika burung-burung selatan sedang di musim kawin. Seorang gadis dengan enggan bangkit dari kasurnya, mengutuk burung sialan itu, lalu mematikan alarm jam tepat di sebelah lampu tidur kesayangannya dan berjalan malas menuju jendela.
“Selamat pagi, pagi!” Teriaknya saat membuka jendela kamar dengan mata setengah terbuka. Sudah menjadi kebiasaan pagi Aurora untuk mengucapkan salam seperti itu dengan suara lantang. Menurutnya, hangatnya pagi dapat memberikan semangat dan kekuatan tersendiri, selain secangkir coklat panas serta santapan biskuit cokelat yang selalu menemaninya di pagi hari.
Hanya satu hal yang membuatnya khawatir pagi itu : Gelap. Dia tidak merasakan hangatnya sinar matahari atau bahkan melihat sang surya mengintip ramah dibalik awan seperti biasanya. Rasa khawatir mulai mengendap semakin pekat ketika dia merasakan sensasi aneh itu, sensasi yang belum pernah dirasakan namun dia yakin pernah merasakan sebelumnya.
Aroma perpaduan embun pagi bercampur dengan petrichor perlahan menyeruak ke seluruh ruangan, hingga seluruh dinding ruangan menjadi basah. Membentuk sebuah bentuk abstrak yang aneh namun entah mengapa terlihat artistik. Awan tiba-tiba menghitam seperti tinta hitam yang jatuh di atas sehelai kertas putih. Suara gaduh gemuruh mulai bersautan menghantarkan kekuatannya; seolah tak cukup satu suara halilintar saja untuk memekakan kuping. Dengan gemetar, Aurora menutup rapat-rapat jendela ruangan itu dan berharap semua ini akan berakhir.
Namun, sesuatu mengalihkan perhatiannya. Dibalik jendela tak berbingkai itu, Aurora melihat sesosok pria jangkung tepat di ujung jalan itu. Sosok itu menatapnya lekat dengan mata hitamnya yang pekat. Pria itu hanya berdiri diam dan menatapnya. Dia mengenakan pakaian kumal dan tak beralas kaki. Kulitnya putih pucat, semakin terlihat pucat ketika dibawah gelap awan.
Apa kamu pernah merasakan suatu sensasi yang sangat luar biasa, yang bahkan tak dapat kamu jelaskan dengan kata-kata ketika kamu menatap seseorang? Itulah yang dirasakan Aurora. Ada daya tarik yang tidak bisa dijelaskan oleh Aurora; sensasi aneh seperti seolah waktu berhenti, sebuah perasaan rindu yang lama muncul kembali sampai ledakan-ledakan dahsyat yang muncul benak hati. Tak pernah sebelumnya dia merasakan perasaan ini, perasaan yang teramat sangat menyenangkan itu.
Perlahan, sosok pria itu berjalan mendekat ke arah Aurora. Sementara gadis itu hanya berdiri terpaku menatapnya. Seolah waktu sedang berhenti berputar dan semesta telah merencanakan semua ini, yang berakhir dengan sebuah kenangan yang tak terlupakan.
“Hai, namaku Hujan” Jawabnya dengan senyum sumringah. Aku tak pernah menyesal bertemu dengannya, batin Aurora dengan senyum tersimpul di bibirnya.
--
Dia menghembuskan napas panjang. “Aku tidak tahu. Mengapa kita harus bertemu bila akhirnya harus berpisah? Seolah waktu sedang bertengkar dengan takdir saja” Kata Aurora kepada Hujan.
“Apa kau tahu? Kita ini seperti air dan api di dalam sebuah botol kaca. Kita tidak mungkin selalu bersama. Beruntung, waktu sedang bersahabat dengan kita. Walau tak lama, kita masih tetap bisa saling memandang. Kamu tahu itu, kan?”
“Aku sangat tahu itu, Aurora” Jawabnya tegas. Hujan memandang lekat mata biru Aurora; meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Dia mengelus lembut rambut Aurora, lalu memegang erat tangannya.
“Kamu tahu, terkadang semesta bekerja dengan caranya yang rumit, dengan segala macam tetek-bengek rancangan yang sudah diatur sedemikian rupa. Namun percayalah, semua akan indah pada waktunya”
Perasaan Aurora lebih membaik, setidaknya setelah apa yang dikatakan Hujan. Mereka berdua bersandar dibawah pohon elk tua, menatap langit malam yang tenang dan sunyi. Namun, tidak dengan kedua lubuk hati mereka yang sedang beradu dengan kenyataan pahit yang ada dihadapan mereka. Percayalah, merelakan orang yang kamu cintai merupakan perngorbanan yang sangat berat.
“Apa kau tahu? Kita ini seperti air dan api di dalam sebuah botol kaca. Kita tidak mungkin selalu bersama. Beruntung, waktu sedang bersahabat dengan kita. Walau tak lama, kita masih tetap bisa saling memandang. Kamu tahu itu, kan?”
“Aku sangat tahu itu, Aurora” Jawabnya tegas. Hujan memandang lekat mata biru Aurora; meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja. Dia mengelus lembut rambut Aurora, lalu memegang erat tangannya.
“Kamu tahu, terkadang semesta bekerja dengan caranya yang rumit, dengan segala macam tetek-bengek rancangan yang sudah diatur sedemikian rupa. Namun percayalah, semua akan indah pada waktunya”
Perasaan Aurora lebih membaik, setidaknya setelah apa yang dikatakan Hujan. Mereka berdua bersandar dibawah pohon elk tua, menatap langit malam yang tenang dan sunyi. Namun, tidak dengan kedua lubuk hati mereka yang sedang beradu dengan kenyataan pahit yang ada dihadapan mereka. Percayalah, merelakan orang yang kamu cintai merupakan perngorbanan yang sangat berat.
--
P.S :
Kata Aurora kepada Hujan adalah cerita fiktif yang terinspirasi dari fenomena alam yang terjadi di belahan dunia lain. Aurora merupakan fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnet. Aurora terbentuk dengan adanya bantuan Hujan dan angin Matahari. Jadi, Hujan merupakan salah satu elemen penting pada pembentukan fenomena Aurora. Tanpa Hujan tidak akan ada Aurora.
Kata Aurora kepada Hujan adalah cerita fiktif yang terinspirasi dari fenomena alam yang terjadi di belahan dunia lain. Aurora merupakan fenomena pancaran cahaya yang menyala-nyala pada lapisan ionosfer dari sebuah planet sebagai akibat adanya interaksi antara medan magnet. Aurora terbentuk dengan adanya bantuan Hujan dan angin Matahari. Jadi, Hujan merupakan salah satu elemen penting pada pembentukan fenomena Aurora. Tanpa Hujan tidak akan ada Aurora.
Terima kasih sudah berpartisipasi~ :D
BalasHapusSaya nggak bisa nulis fiksi, paling begitu nulis, pada suatu hari, njuk mandek hiihihi...
BalasHapusHalo, Diko!
BalasHapusSelamat ya, tulisan ini menang dalam Giveaway "Cerita Hujan"!
https://agungrangga.com/2016/10/31/pemenang-giveaway-cerita-hujan/
Silakan cek email dan balas email dari saya ya, ditunggu~ :D
Hadiah pulsanya sudah dikirim ya Diko~ :D
BalasHapus