Harga Sebuah Penghargaan Diri

Voucher Belanja Sodexo dengan Merchant Sodexo yang keren-keren dan menarik


Dalam artikel ini, saya akan benar-benar jujur. Dulu, saya adalah korban bullying saat remaja. Satu kata sederhana yang membuatmu hidup seperti mimpi buruk setiap detiknya. Satu rasa yang selalu hadir menghantui hati ini kemanapun pergi : Takut. Percayalah, saya dulu ketakutan dan merasa sendiri, bahkan sampai sekarang ada kalanya kenangan pahit itu muncul dan menjadi mimpi buruk.


Flashback 
Semua bermula ketika saya duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Saya mendaftar di salah satu sekolah yang terkenal karena siswa-siswinya begitu populer, sementara saya hanyalah anak pendiam yang tak sepopuler mereka : kemana-mana bawa motor dan mobil, berbicara mengenai gadget terbaru sampai nongkrong sambil mengepul asap rokok dan saling bercanda dengan kata kasar, yang dulu saya anggap itu keren.

Karena aliran kami tidak sejalur dan sefrekuensi, akhirnya saya tidak memiliki teman. Mereka menganggap saya aneh, saya culun bahkan saya tidak pantas berada disitu. Sungguh, perkataan mereka bagaikan pedang setiap harinya, menyayat hati sampai mau mati rasa. Untung, hati saya ada sedikit campuran besi, jadi masih tahan menghadapi semua itu.

Namun, lama kelamaan hati itu sempat meledak, karena bukan hanya teman sebaya, namun Guru yang saya anggap sosok yang seharusnya membimbing serta meluruskan masalah, malah menambah saya semakin terpuruk. Saya disindir, disuruh maju ke depan kelas, dibuat malu dan perbuatan lain yang percayalah, sampai saya bolos dua hari setiap minggu selama satu tahun. Alasannya? Saya takut.

Ketahuilah, Bullying berupa perkataan jauh lebih menyakitkan daripada Bullying secara fisik. Kalau saya ditendang, dipukul atau apalah itu, saya masih berani menendang balik mereka. Namun dengan perkataan, saya hanya bisa diam. Saya sudah takut duluan untuk berkata, yang akhirnya saya simpan dalam-dalam di benak.

Sampai pada akhirnya, Seorang teman berkata, "Han, kamu bisanya ngapain sih?" dengan tatapan sinis saat saya sedang duduk sendirian di bangku kelas saat istirahat. Perkataan itu, begitu mencambuk dan menampar saya tepat di bagian inti hati. Sepulang sekolah, saya merenung sampai muncul sebuah gagasan, You must change, Han.


Kamu berharga tinggi

Voucher Belanja Sodexo dengan Merchant Sodexo

Hingga ahkirnya saya menggali dalam diri sendiri. Pertanyaan bertubi-tubi muncul, Apasih bakatku? Aku bisanya ngapain yah? Aku mau ngapain biar mereka tau kalo aku engga kayak gitu? Pertanyaan terakhir adalah alasan utamanya. Take a Revenge. To say people that you can do and slap them with your own story. Jadi, cerita itu dimulai.

Setelah sesi mengenal-diri-sendiri, saya menemukan bahwa passion saya adalah dunia seni dan menulis. Hingga akhirnya saya menemukan dunia blogging untuk mengasah bakat menulis saya. Dalam urusan seni, saya belajar dari 0 bermodal internet di warnet untuk belajar tutorial desain grafis. Semakin hari, saya semacam menemukan diri saya sendiri melalui menulis dan seni.

Kemudian, suatu hari saya mencoba mengikuti lomba blog yang diadakan salah satu portal musik. Awalnya tidak ada ekspetasi apapun, sampai akhirnya saya dinyatakan sebagai juara pertama dan berhak mendapatkan sebuah smartphone yang pada masanya sudah sangat canggih. Semua rasa senang, terharu dan bahagia campur aduk rasanya, dan saya berhasil. Kemudian keesokan harinya, saya memberi tahu teman-teman saya dan mereka seperti tidak percaya. Sungguh, perasaan paling bahagia adalah melihat ekspresi mereka ketika mereka berkata kamu tidak bisa, namun kamu bisa melakukannya. Eat that, broh!

Sejak pengalaman itu, saya merasa jauh-jauh-jauh lebih percaya diri. Alhamdulilah, sudah beberapa kali memenangkan kontes blog serta lomba lainnya. Namun satu yang belum pernah saya menangkan, yaitu Voucher Belanja Sodexo dengan Merchant Sodexo yang keren-keren dan menarik. Saya tidak berhenti sampai situ, saya mulai mempelajari hal-hal baru setiap harinya.

Hingga akhirnya saya menata kembali hidup saya saat memasuki masa kuliah. Saya meninggalkan rasa minder, pesimis dan hal-hal negatif yang selalu hinggap di kepala dan memulai hari dengan sikap yang positif. Kemudian saya menyadari satu hal, Kamu berharga tinggi. Jangan dengarkan mereka, percayalah pada dirimu sendiri.


Harga Sebuah Penghargaan Diri
Harganya semakin mahal, ketika kamu semakin menyadarinya. Artinya, semakin saya berusaha keras untuk menghasilkan sesuatu, semakin mahal pula penghargaan yang akan didapatkan. Bukan mengenai materi, uang ataupun gadget mahal, namun lebih kepada dirimu sendiri. Penghargaan terbesar saya adalah ketika mengetahui siapa diri saya sendiri, lebih mengenal diri sendiri dan membuktikan bahwa mereka salah terhadap saya - saya bisa menghasilkan sesuatu. :)

Saya sampai saat ini masih bingung, betapa kuatnya saya dulu. Mungkin jika saya sedikit saja tumbang, mungkin masa remaja saya sudah terjerumus ke pergaulan yang salah atau bahkan bunuh diri. Saya memilih untuk percaya diri sendiri dan mulai bangkit, mengkubur semua kenangan tersebut. Sometimes you have to try not to care, no matter how much you do, because sometimes you can mean nothing to someone who means so much to you. it's not pride, it's self-respect.


13 komentar

  1. Kalimat ini "Sungguh, perkataan mereka bagaikan pedang setiap harinya, menyayat hati sampai mau mati rasa. Untung, hati saya ada sedikit campuran besi, jadi masih tahan menghadapi semua itu"

    Diko, yang saya alami sewaktu SMA itu sama dengan kamu, nilai saya turun deastis karena saya taku masuk sekolah, mereka yang sok keren membully aku,rasanya tertekan sekali, tapi saya hanya bisa pasrah.

    Tapi kata banyak orang, anak yang sering di bully sewaktu SMA, biasanya saat dewasa hidpnya sukses, bahagia dan banyak uang, sedangkan mereka nggak tau.

    Kamu ngerasa itu nggak, Diko ? aku iya banget

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya benar mas, semoga pengalaman seperti ini bisa menjadi pelajaran untuk kita menjadi lebih baik lagi. Saya pun sejak kejadian tersebut mental saya kadang menjadi down. Namun harus bangkit dan membuktikan bahwa kita bisa. Pilihannya cuma ada dua, bangkit atau jatuh. :')

      Hapus
  2. Tidak banyak orang yang mampu melewati pengalaman buruk seperti kamu, Diko. Bersyukur bahwa di dalam dirimu masih memiliki kekuatan utk melawan.Melawan rasa takut, rasa minder dan sebagainya. Salut.
    by the way, branding kamu dg nama "Handiko" sudah kuat, kenapa di ganti? :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih mbak Ika, alhamdulilah dulu masih dikasih rasa kuat ngehadapin kayak gitu. Masih handiko kok mbak, belum di ganti :D

      Hapus
  3. Pengalaman yg bener2 berharga yg bakal kamu ingat dan selalu jd penguat saat kelak kamu menghadapi masalah.
    Pengalaman guru terbaik.
    Terpuruk lalu bangkit membawa kekuatan besar sepanjang hidup kita.
    Alhamdulillah km bangkit yaa.
    Semoga semua remaja yg pernah terpuruk jg bs bangkit.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mbak, pengalaman itu guru terbaik. Bisa buat bekal kalo menghadapi masalah kedepannya. Semoga remaja-remaja dengan kasus sama seperti saya bisa bangkit dan kuat juga :)

      Hapus
  4. Hei hamtaro ku,, teman seperjuangan dari SD u can do it.

    Pohon yg berbuah akan diawali dari akar kuat yg setiap hari giat menyerap air dari sekitarnya,, dan kamu salah satu contoh nya. Rajin untuk belajar dan hasilnya alhamdulillah bisa km rasakan. Sapuan senyum kemenanganmu yang hanya bisa menutup mulut mereka han :) semangat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo wahyu, jadi inget jaman SD dulu kalo inget hamtaro haha
      Makasih yu, kata-katanya indah, bikin terharu :')

      Hapus
  5. Membaca ini jadi seperti bercermin dengan diri saya pas SMA dulu.
    Iya, saya juga sempat jadi korban bully saat kelas 1 SMA, tapi pas kelas 2-3 SMA sudah mulai bisa berteman.
    Ahh, semoga tidak ada lagi deh yang namanya bully-bully begini. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga tidak ada kasus-kasus seperti ini lagi yah, dan semoga remaja-remaja sudah sadar kalo tindakan seperti ini bisa "membunuh" korban bullying. terimakasih sudah mampir :D

      Hapus
  6. Ko,
    Asli sih ini memotivasi ane banget.
    Sering-seringn bikin cerita kayak gini ya ko.
    banyak banget plajaran yang bisa ane ambil.
    selain itu, ane merasa kayakk sedang bercermin ko.
    karna cerita kita sedikit ada kemiripan .
    good luck terus ya ko..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Leon udah mampir,
      saling menguatkan biar kita sama-sama bisa bangkit dan melupakan masa lalu kelam itu. Insyallah, akan terus update cerita-cerita seperti ini. Semangat!

      Hapus
  7. Bully..jadi ingat awal-awal masuk SMP. Dulu saya jadi bahan bullyan mulai dari teman seangkatan, kakak kelas. Badanku yang gendut jadi bahan mereka untuk melucu. Setahun berlalu, hingga tak terasa sudah naik ke kelas 2 smp, badan yang dulunya gendut penuh lemak perlahan mulai berkurang. Karena saya memang selalu jalan kaki tiap pulang-pergi, apalagi bertepatan bulan puasa, lengkap sudah. Jalan kaki kurang lebih 2KM+Puasa ramadhan= Badan proporsional. Temen-temen banyak yang bertanya-tanya, eh..kok bisa sih? diet ya? wkwk lucu kalau diingat. Sejak saat itu tidak ada yang namanya bully-membully.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)