Daydream #1 - Pengikut Kata Hati

Photo Credit

Aku akan mengikut kata hatiku dan
aku tidak akan menyesalinya sampai kapanpun

--


“Apa yang kau lakukan disini?”

“Aku hanya sedang istirahat saja. Aku lelah berjalan seharian ini”, Zelo berkata dengan berat. Dia tidak sanggup lagi menginjakkan kakinya untuk berjalan. Dia berdiri kemudian memandang sekitarnya dengan kegelapan malam. Semua tampak gelap. Hanya kesunyian yang dapat dia dengarkan.

“Aku akan pergi ke desa seberang. Apa kau ingin ikut?”, tanya pria setengah baya yang sedang melintasi tempat persinggahan zelo.

“Tidak, terimakasih. Aku akan berjalan menuju arah selatan”

Kemudian pria itu berpamitan kepada Zelo, dan melanjutkan perjalanannya. Sementara Zelo hanya berdiri dalam diam, dengan pikiran yang tidak bisa diam. Dia berseteru dalam batin. Logika dan hatinya sedang bertentangan - setelah apa yang dia lakukan senja tadi.

Dia terhuyung dan jatuh diatas rerumputan. Kakinya tak bisa digerakkan lagi, setelah berjalan beratus-ratus mil dari rumahnya. Dia merasakan hembusan angin dingin mulai menyeruak ke dalam tubuhnya. Perlahan matanya mulai terpejam, hingga akhirnya terlelap terbawa mimpi.

--


Aku melihat sebuah istana, istana yang begitu besar hingga kau tak sanggup melihat ujung puncak dari istana itu. istana itu terbuat dari batu lapisan zeng berwarna kecoklatan yang terlihat sangat kokoh. di depan, kau dapat melihat puluhan pengawal dengan senjata api berbaris rapi menjaga istana tersebut.

Aku melihat sebuah jendela, jendela yang begitu indah hingga kau tak akan berkedip sekali pun. anehnya, istana itu hanya memiliki satu jendela terletak di tengah istana. Tepian jendela itu dilapisi dengan batu kristal berwarna ungu mengkilat dengan semburat kuning - seperti lelehan emas. namun, jendela tersebut tertutup oleh kaca dengan besi-besi jeruji. tidak satupun dapat memasuki jendela tersebut.

Aku melihat sebuah gadis, gadis yang begitu cantik hingga kau tak sanggup membayangkan kecantikannya. Rambut hitamnya terurai dan tampak berkilau tertimpa cahaya lampu istana. kulitnya lembut bercahaya - seperti terbuat dari kain sutra. namun, gadis itu tidak tersenyum, tidak pernah sekalipun tersenyum. dia hanya duduk, dengan tatapan kosong menatap langit. Dia berada di dalam jendela itu. dia berada di istana itu. dan dia berada di dalam kekosongan.

-- 


Zelo terbangun.

Dia mengutuk kicauan burung-burung sial yang membangunkan tidurnya. Cahaya matahari mulai menghangatkan jiwanya. Aroma pagi menghampirinya dengan perasaan yang tentram. Zelo membuka mata perlahan, merasakan dan menikmati sambutan pagi.

Namun, dia teringat akan mimpinya. mimpi yang berulang-ulang kali datang dan pergi begitu saja di setiap malam. Perasaan yang aneh menyeruak datang, memaksa untuk segera diselesaikan. Apakah ini sebuah tanda?

Zelo merasakan serbuan pertanyaan mulai menghampirinya. pertanyaan yang melibatkan hati dan logika untuk saling menjatuhkan. Seketika Zelo memutuskan untuk tak mengikutinya, dia ingin bebas. Bebas berjalan untuk mengikuti apa kata hatinya.

Zelo tersenyum. Dia bangkit - dengan sebuah semangat baru yang telah dia pikirkan matang-matang. Dia melangkah menuju arah selatan tanpa sedikitpun keraguan, dan dia tak akan pernah menyesalinya di kemudian hari.

--


Aku akan mengikut kata hatiku dan
 aku tidak akan menyesalinya sampai kapanpun
Sebodoh apapun itu, aku tetap akan mengikutinya
karena aku telah berjalan di jalanku sendiri.
dan aku tahu hatiku telah memilih yang terbaik.



1 komentar

  1. Hati sendiri adalah satu yang tak akan pernah mengkhianati rasa kita

    Salam,
    Oca

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)