Janji Putih
Senin, 22 September 2014
Aroma petrichor malam ini begitu menyenangkan; perpaduan antara hujan dan kenangan menjadi satu-melebur seolah malam sedang menginginkanku untuk terjaga saja.
Ah, kenangan! Aku tidak tahu harus menyikapi seperti apa, masa lalu terlalu indah untuk dikenang, namun juga perih untuk diingat.
"Janji lho, kita harus sekolah bareng, lulus bareng, kerja bareng, kuliah bareng! kalo perlu, kawin juga bareng!" Kata Deo menggebu. aku hanya tersenyum kecut melihatnya.
"Pasti!" jawabku kepada sahabatku ini. bukan, bukan sahabat, namun separuh jiwaku. Bila ada kata yang lebih dari sahabat, itulah kami. Sudah 7 tahun kita berteman, sudah 7 tahun pula aku mengerti apa itu makna persahabatan.
Namun hujan berulah. tanggal dua-puluh-dua dua tahun kemarin, Deo tak menjawab pesan singkat yang selalu aku kirim. aku hanya melihat bendera kuning di depan rumahnya. mereka bilang, Deo tertabrak sewaktu hujan melanda. terlalu sakit untuk diungkapkan.
tanggal dua-puluh-satu pukul 08.08 malam, dia berkata kepadaku "Janji lho, bareng terus sampe kapanpun!"
Ah, kenangan. kau membuat sedih saja.
Tags
cerita
Cerita Pendek
Halo, seorang remaja berusia 20 tahun yang baru saja menyelesaikan kuliah jenjang D3 di jurusan IT. Suka desain grafis dan menulis. Aktif di malam hari. Suka milk tea, vintage stuff, novel/film thriller psycho dan London. Suka melakukan hal yang aneh
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)