Being 22

Being 22 is ... Complicated.

Di satu sisi kamu ngerasain senang karena sudah semakin besar dan beranjak dewasa, namun di sisi lain kamu tahu kalau tanggungjawab semakin besar dan harus menjadi lebih baik lagi. That's my feeling right now.

Hari menjelang ulang tahun, tepatnya tanggal 9 Feburari kemarin itu bener-bener berantakan. Pertanyaan-pertanyaan selalu bermunculan di hati, yang akhirnya bikin bingung, sedih dan ujung-ujungnya insomnia. Aku sampai umur dua puluh dua hidup itu ngapain aja sih? Pencapaianku apa aja? Gila, umur segini kok masih gini-gini aja, lu ngapain aja! Those questions are really killing me inside.

Sampai pada akhirnya, titik momentum dimana semua terasa terbalik ketika seorang sahabat bilang, "Lu harus bersyukur, sumpah lu itu ribet banget sama hidup lu. Bukankah hidup itu harus bahagia? Udahlah, yang penting itu hepi aja bro. Jangan kebanyakan mikir, cepet mati lu" Kata dia enteng sambil makan gorengan, tentu dengan logat jawa yang medhok. And then i was realize one thing, Damn, why i'm so blind?

Hidup ini memang, dan akan selalu banyak sekali beban. Imbasnya, mengeluh sampai mencaci-maki diri sendiri sering dilakukan hanya karena kita terlalu fokus dengan beban tersebut. Jauh, jauh dari itu semua, pernahkah kamu sejenak duduk bengong sambil ngelupain semua hiruk-pikuk urusan dan beban yang semakin mengendap di hati, dan ngerasa bersyukur dengan hal-hal kecil yang bikin bahagia?

Dan kemudian detik itu juga pikiran langsung flashback. Bahagia waktu bisa makan bareng es krim sekeluarga sambil cerita tentang kampung halaman Bapak, bahagia waktu hujan-hujanan kemudian berteduh di tenda bareng temen-temen, bahagia waktu tau idola kamu menang kompetisi atau seperti saat ini, bahagia waktu bisa nulis posting ini di blog. Terkadang, hal kecil yang membuatmu tersenyum itulah yang namanya bahagia. Bukan tentang pertanyaan-pertanyaan yang malah membuat semakin terpuruk. Why am i should blaming myself for those things?

And then i'm laughing at myself, for being a deep-thinking-stupid-person who never say thanks to God that give me a lot happiness. Dua kata pamungkas untukku di umur saat ini : Belajar bersyukur dan Ikhlas. Diko, di usia menginjak dua-puluh-dua, mulai detik ini harus bersyukur dan bahagia. Bukankah hidup itu harus bahagia? Selow, shay.

Questions still need answers, and discoveries still must be made about ourselves. Being unable to make decisions and changing our minds every five minutes is second nature to us. There is beauty in not knowing what is to come in the future, and we can find comfort in knowing that any mistakes we make shape us into better versions of our future selves.

7 komentar

  1. Seusia adikku...��
    Bersyukur lalu bahagiaaa....����
    Semangat selalu...selamat mengulang tahun ��

    BalasHapus
  2. Masih mudaaa, masih panjang jalan untuk mewujudkan mimpi-mimpimu Ko.

    BalasHapus
  3. Selamat milad Diko. Jadi inget sih berarti dlu suamiku seumur kamu pas nikah sm aku, haha. Dan memang usia segini lagi semangat2nya dalam hidup, harus mulai cari arah dan pijakan hidup. Cari apa passion diri dan mulai menekuninya. Maaf diko jadi panjang, wkwkwk. Barokalloh usianya.

    BalasHapus
  4. aku usia 22 baru mulai kerja...
    dan menurutku kamu anak 22 tahun yg patut diperhitungkan prestasinya ihihii serius lho.

    BalasHapus
  5. 22 mah masih muda banget (langsung berasa tua ihihihi). Barakallah fii umrik ya :) Yang pasti si pencapaiannya di dunia blogging sudah banyak banget ya ^_^ semoga makin sukses

    BalasHapus
  6. Wahhh, happy belated birthday ya! You still have a long way to go, so no need to worry too much lah, kak :)

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)