Kubus Nomor Empat Puluh Sembilan

Credit Photo : Link

Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

Aroma petrichor berpadu dengan aroma kayu usang setelah hujan turun kemarin malam cukup membuatku tenang. Setidaknya, hujan masih mau menemaniku, setelah hal bodoh yang selalu kulakukan kepadanya. Beberapa percikan hujan masih tertinggal dialas membentuk kubangan besar di berbagai sudut ruangan. Sial, dingin sekali malam ini! pikirku. Lantas aku bergegas mengambil api yang kuhabiskan semalaman untuk menjagaku tetap putih. Empat-puluh-sembilan menit kemudian, aku terlelap. Aku bertemu hitam, untuk kedua kalinya.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

Silau.
Aku terbangun dengan perasaan tak tentu arah; aku meninggalkan putih dan membiarkan hitam datang. Jadi, kuputuskan pagiku dengan meminum secangkir coklat hangat dan membiarkan kekacauan pagi datang. Dengan begitu, tidaklah sulit untuk melupakan perasaanku. 

Tebak, apa yang telah kulakukan? Aku menemukan beberapa piringan hitam dibalik kotak kecil usang disudut ruangan! Aku menemukannya ketika hendak sedang mencari putih, semacam kebetulan yang aneh, bukan? atau memang telah direncanakan seperti ini? masa bodoh! aku tidak terlalu peduli, toh aku telah menemukan sepiring kebahagiaanku bukan? musik perlahan mengalun ke seluruh penjuru ruangan. Sesekali aku mencoba menari mengikuti irama musik, namun berkali-kali aku tejerembab dan terjatuh; aku memang payah dalam menari. Musik perlahan berhenti dalam ketukan ke empat-puluh-sembilan. sesegera aku bangit dengan bantuan putih.


Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Bila kau sedang diambang batas kebosanan sementara waktu sedang tidak memihak, apa yang akan kau lakukan? Entah, aku hanya akan berdiri didepan jendela; berharap hujan turun dan menghanyutkan ku kedalam kenangan yang entah sudah berapa kali kucoba untuk lupakan namun tetap saja hinggap di benak. Hujan, maukah kau mengenangku sekali lagi? untuk malam ini saja?


Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

Hari ke empat-puluh-sembilan.
Kuputuskan untuk membawa semuanya keluar; meninggalkan kubus empat-puluh-sembilan ini dan meninggalkan putih sendiri. Aku mengucapkan salam perpisahan, lalu dia memberiku kecupan hangat yang menyenangkan. Aku meninggalkannya. Segera, keputusanku ini menjadi keputusan yang sangat salah.

Aku terjebak. 

Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Aku berjalan mejauh, mengikuti arah hitam berjalan.
 
Aku bertemu hitam, dibalik putih.

Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
            Perpaduan aroma kayu usang dan bau tanah setelah hujan tadi malam cukup membuatku tenang. Setidaknya, hujan masih mau menemaniku, setelah hal bodoh yang selalu kulakukan kepadanya. Beberapa percikan hujan masih tertinggal dialas membentuk kubangan besar di berbagai sudut ruangan. Sial, dingin sekali malam ini! pikirku. Lantas aku bergegas mengambil api yang kuhabiskan semalaman untuk menjagaku tetap putih. Empat-puluh-sembilan menit kemudian, aku terlelap. Aku bertemu hitam, lagi.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai




             Silau.
            Aku terbangun dengan perasaan tak tentu arah; aku meninggalkan putih dan membiarkan hitam datang. Jadi, kuputuskan pagiku dengan meminum secangkir coklat hangat dan membiarkan kekacauan pagi datang. Dengan begitu, tidaklah sulit untuk melupakan perasaanku. Tebak, apa yang telah kulakukan? Aku menemukan beberapa piringan hitam dibalik kotak kecil usang disudut ruangan. aku menemukannya ketika aku sedang mencari putih. semacam kebetulan yang aneh, bukan? Lalu aku mencoba memainkannya lagi dan lagi, hingga ke-empat-puluh-sembilan musik perlahan berhenti. Apa yang salah?
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

            Hari ke empat-puluh-sembilan.
Kuputuskan untuk membawa semuanya keluar; meninggalkan kubus empat-puluh-sembilan ini. semuanya, semuanya yang aku punya. Segera, keputusanku ini menjadi keputusan yang sangat salah.
            Aku terjebak.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Aku berjalan mejauh, mengikuti arah hitam berjalan.

Aku bertemu hitam, dibalik putih.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/2013/10/kubus-nomor-49.html#sthash.pSyxOks1.dpuf
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
            Perpaduan aroma kayu usang dan bau tanah setelah hujan tadi malam cukup membuatku tenang. Setidaknya, hujan masih mau menemaniku, setelah hal bodoh yang selalu kulakukan kepadanya. Beberapa percikan hujan masih tertinggal dialas membentuk kubangan besar di berbagai sudut ruangan. Sial, dingin sekali malam ini! pikirku. Lantas aku bergegas mengambil api yang kuhabiskan semalaman untuk menjagaku tetap putih. Empat-puluh-sembilan menit kemudian, aku terlelap. Aku bertemu hitam, lagi.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai




             Silau.
            Aku terbangun dengan perasaan tak tentu arah; aku meninggalkan putih dan membiarkan hitam datang. Jadi, kuputuskan pagiku dengan meminum secangkir coklat hangat dan membiarkan kekacauan pagi datang. Dengan begitu, tidaklah sulit untuk melupakan perasaanku. Tebak, apa yang telah kulakukan? Aku menemukan beberapa piringan hitam dibalik kotak kecil usang disudut ruangan. aku menemukannya ketika aku sedang mencari putih. semacam kebetulan yang aneh, bukan? Lalu aku mencoba memainkannya lagi dan lagi, hingga ke-empat-puluh-sembilan musik perlahan berhenti. Apa yang salah?
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

            Hari ke empat-puluh-sembilan.
Kuputuskan untuk membawa semuanya keluar; meninggalkan kubus empat-puluh-sembilan ini. semuanya, semuanya yang aku punya. Segera, keputusanku ini menjadi keputusan yang sangat salah.
            Aku terjebak.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Aku berjalan mejauh, mengikuti arah hitam berjalan.

Aku bertemu hitam, dibalik putih.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/2013/10/kubus-nomor-49.html#sthash.pSyxOks1.dpuf
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
            Perpaduan aroma kayu usang dan bau tanah setelah hujan tadi malam cukup membuatku tenang. Setidaknya, hujan masih mau menemaniku, setelah hal bodoh yang selalu kulakukan kepadanya. Beberapa percikan hujan masih tertinggal dialas membentuk kubangan besar di berbagai sudut ruangan. Sial, dingin sekali malam ini! pikirku. Lantas aku bergegas mengambil api yang kuhabiskan semalaman untuk menjagaku tetap putih. Empat-puluh-sembilan menit kemudian, aku terlelap. Aku bertemu hitam, lagi.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai




             Silau.
            Aku terbangun dengan perasaan tak tentu arah; aku meninggalkan putih dan membiarkan hitam datang. Jadi, kuputuskan pagiku dengan meminum secangkir coklat hangat dan membiarkan kekacauan pagi datang. Dengan begitu, tidaklah sulit untuk melupakan perasaanku. Tebak, apa yang telah kulakukan? Aku menemukan beberapa piringan hitam dibalik kotak kecil usang disudut ruangan. aku menemukannya ketika aku sedang mencari putih. semacam kebetulan yang aneh, bukan? Lalu aku mencoba memainkannya lagi dan lagi, hingga ke-empat-puluh-sembilan musik perlahan berhenti. Apa yang salah?
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

            Hari ke empat-puluh-sembilan.
Kuputuskan untuk membawa semuanya keluar; meninggalkan kubus empat-puluh-sembilan ini. semuanya, semuanya yang aku punya. Segera, keputusanku ini menjadi keputusan yang sangat salah.
            Aku terjebak.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Aku berjalan mejauh, mengikuti arah hitam berjalan.

Aku bertemu hitam, dibalik putih.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/2013/10/kubus-nomor-49.html#sthash.pSyxOks1.dpuf
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
            Perpaduan aroma kayu usang dan bau tanah setelah hujan tadi malam cukup membuatku tenang. Setidaknya, hujan masih mau menemaniku, setelah hal bodoh yang selalu kulakukan kepadanya. Beberapa percikan hujan masih tertinggal dialas membentuk kubangan besar di berbagai sudut ruangan. Sial, dingin sekali malam ini! pikirku. Lantas aku bergegas mengambil api yang kuhabiskan semalaman untuk menjagaku tetap putih. Empat-puluh-sembilan menit kemudian, aku terlelap. Aku bertemu hitam, lagi.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai




             Silau.
            Aku terbangun dengan perasaan tak tentu arah; aku meninggalkan putih dan membiarkan hitam datang. Jadi, kuputuskan pagiku dengan meminum secangkir coklat hangat dan membiarkan kekacauan pagi datang. Dengan begitu, tidaklah sulit untuk melupakan perasaanku. Tebak, apa yang telah kulakukan? Aku menemukan beberapa piringan hitam dibalik kotak kecil usang disudut ruangan. aku menemukannya ketika aku sedang mencari putih. semacam kebetulan yang aneh, bukan? Lalu aku mencoba memainkannya lagi dan lagi, hingga ke-empat-puluh-sembilan musik perlahan berhenti. Apa yang salah?
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

            Hari ke empat-puluh-sembilan.
Kuputuskan untuk membawa semuanya keluar; meninggalkan kubus empat-puluh-sembilan ini. semuanya, semuanya yang aku punya. Segera, keputusanku ini menjadi keputusan yang sangat salah.
            Aku terjebak.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Aku berjalan mejauh, mengikuti arah hitam berjalan.

Aku bertemu hitam, dibalik putih.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/2013/10/kubus-nomor-49.html#sthash.pSyxOks1.dpuf
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
            Perpaduan aroma kayu usang dan bau tanah setelah hujan tadi malam cukup membuatku tenang. Setidaknya, hujan masih mau menemaniku, setelah hal bodoh yang selalu kulakukan kepadanya. Beberapa percikan hujan masih tertinggal dialas membentuk kubangan besar di berbagai sudut ruangan. Sial, dingin sekali malam ini! pikirku. Lantas aku bergegas mengambil api yang kuhabiskan semalaman untuk menjagaku tetap putih. Empat-puluh-sembilan menit kemudian, aku terlelap. Aku bertemu hitam, lagi.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai




             Silau.
            Aku terbangun dengan perasaan tak tentu arah; aku meninggalkan putih dan membiarkan hitam datang. Jadi, kuputuskan pagiku dengan meminum secangkir coklat hangat dan membiarkan kekacauan pagi datang. Dengan begitu, tidaklah sulit untuk melupakan perasaanku. Tebak, apa yang telah kulakukan? Aku menemukan beberapa piringan hitam dibalik kotak kecil usang disudut ruangan. aku menemukannya ketika aku sedang mencari putih. semacam kebetulan yang aneh, bukan? Lalu aku mencoba memainkannya lagi dan lagi, hingga ke-empat-puluh-sembilan musik perlahan berhenti. Apa yang salah?
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai

            Hari ke empat-puluh-sembilan.
Kuputuskan untuk membawa semuanya keluar; meninggalkan kubus empat-puluh-sembilan ini. semuanya, semuanya yang aku punya. Segera, keputusanku ini menjadi keputusan yang sangat salah.
            Aku terjebak.
Aku berada di dalam kubus nomor empat puluh sembilan
Aku melihat dunia dibalik jendela tanpa bingkai
Aku berjalan mejauh, mengikuti arah hitam berjalan.

Aku bertemu hitam, dibalik putih.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/2013/10/kubus-nomor-49.html#sthash.pSyxOks1.dpuf
Aroma petrichor malam ini begitu menyenangkan; perpaduan antara hujan dan kenangan menjadi satu-melebur seolah malam sedang menginginkanku untuk terjaga saja.
Ah, kenangan! Aku tidak tahu harus menyikapi seperti apa, masa lalu terlalu indah untuk dikenang, namun juga perih untuk diingat.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/search?updated-max=2014-06-01T10:31:00-07:00&max-results=4#sthash.nyG8y2em.dpuf
Aroma petrichor malam ini begitu menyenangkan; perpaduan antara hujan dan kenangan menjadi satu-melebur seolah malam sedang menginginkanku untuk terjaga saja.
Ah, kenangan! Aku tidak tahu harus menyikapi seperti apa, masa lalu terlalu indah untuk dikenang, namun juga perih untuk diingat.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/search?updated-max=2014-06-01T10:31:00-07:00&max-results=4#sthash.nyG8y2em.dpuf
Aroma petrichor malam ini begitu menyenangkan; perpaduan antara hujan dan kenangan menjadi satu-melebur seolah malam sedang menginginkanku untuk terjaga saja.
Ah, kenangan! Aku tidak tahu harus menyikapi seperti apa, masa lalu terlalu indah untuk dikenang, namun juga perih untuk diingat.
- See more at: http://black-over-white.blogspot.com/search?updated-max=2014-06-01T10:31:00-07:00&max-results=4#sthash.nyG8y2em.dpuf

21 komentar

  1. aku bertemu kubus ternyata itu bukan nomor 49 melainkan nomor 99, namun apalah sebuah nomor aku mencoba untuk melihat dunia dari kubur nomor 99 namun sepertinya berbeda tidak ada hitam dan putih melainkan warna yang dicat serupa putih dan hitam aku mulai pergi menjauh kubus itu tidak selesa denganku aku pergi lagi dan lagi mencoba mencari kubus 49

    hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. jembatan lima-puluh memisahkan kubus empat-puluh-sembilan terhadap kubus nomor sembilan-puluh-sembilan. Berhari-hari, Berjam-jam hingga berdetik-detik ku coba untuk menghitung, pun mengkhayal sembari menjentikkan jari-jemari untuk mencoba mengisi jarak itu. Aku hanya perlu satu

      hehehe

      Hapus
  2. aku mendapat kubus dengan panjang dan lebar 4 x 9. aku membuka buku dan menemukan rumus untuk mencari volume kubus tersebut. apa daya, aku tak bisa, tinggi kubus tersebut tak ku ketahui. *komen apa ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. apa daya, ternyata malam itu kau membuka sebuah buku usang yang berisi materi tentang kewarganegaraan, tak ayal dirimu tidak menemukan rumus volume serta tinggi kubus dan kau tersesat dalam kebingungan. *balasan apa ini

      Hapus
  3. oh.. wow... agak speechless aja baca postingan handiko. Keyeen.. eh, kereeen... Sukak banget sama pengungkapan "berjalan menjauh, mengikuti arah hitam berjalan"...

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih loh :) suka main-main kata dengan ungkapan-ungkapan seperti ini hehe

      Hapus
  4. Waah FF, asiknya main sama kata-kata :D

    BalasHapus
  5. Wah keren itu ceritanya di inkubator kah? Atau tempat isolasi gitu? Hehe
    Nice post :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku membayangkan lebih ke ruangan tua yang terisolasi tanpa pintu namun ada satu jendela tak berbingkai gitu hehe
      terimakasih :3

      Hapus
  6. Permainan kata kata dan kalimat yang indah, runut, dan mempunyai makna yang mendalam. Permainan kata kata dan pemilihan vocabs, dan susuanan BahASA yang unik. Indah dibacanyal. Menandakan ADMIN nya orang yang cerdas

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih mas Asep! suka main kata-kata begini, bisa menetralkan pikiran dan hati hehe. ah, ADMIN orang biasa saja kok :)

      Hapus
  7. kubus nomor empat puluh sembilan, kalo empat puluh delapan itu bukan kubus, tapi JKT48 :))

    selalu saja ada dikotomi. selalu saja ada yang memusingkan hal-hal yang belum tentu benar keberadaannya.
    nice post~

    BalasHapus
    Balasan
    1. nanti di dalam kubus 48 itu berisi para vvota saling teriak-teriak "jeketi jeketi jeketi"~ #abaikan

      justru hal-hal yang belum tentu benar keberadaanya itu menarik dan mengasah daya imajinasi untuk memvisualisasikannya :3

      Hapus
  8. Hai Handiko..
    Permainan kata yang sangat indah, terbawa arus ceritanya bertemu hitam dibalik putih :)

    Salam kenal
    Keke

    BalasHapus
  9. Keren FFnya..diksinya nendang:)

    BalasHapus
  10. hahaha seru kereen .. kirain seremserem gimana

    BalasHapus

Silahkan berkomentar, link hidup akan dihapus. Terimakasih sudah membaca :)